Adzan maghrib berkumandang, Silfiyah segera memakai mukenah bordir motif bunga-bunga pemberian Ummah Firda, ia segera berangkat ke Masjid.
Rutin setiap malam Rabu setelah maghrib ada kajian yang disampaikan oleh Gus Umam, putra salah seorang Kyai didaerah Pasuruan.
Silfiyah segera menjumpai ibunya, biasanya mereka akan berangkat berdua menuju masjid, namun ternyata Bu Yati sedang sibuk menggoreng rempeyek, untuk berdagang esok hari.
" Ibu saya mau ke masjid dulu " pamit Silfiyah
" Oh iya Nak, ibu lagi halangan ini, kamu ke masjid sendiri dulu saja ya? " ucap Bu Yati
" Iya Bu, saya berangkat dulu ya, Assalamu'alaikum "
" Wa'alaikumsalam " jawab Bu Yati.
Usai berjama'ah, Ustadz Arifin ta'mir masjid mengumumkan jika kajian malam rabu yang biasa diisi oleh Gus Umam, malam itu digantikan oleh Ustadz baru karena Gus Umam berhalangan hadir.
Seketika mata Silfiyah membulat sempurna ketika melihat sosok Ustadz Ilham, Ustadz berwajah manis yang memikat hatinya, maju ke atas podium masjid, mengenakan baju koko berwarna hijau lumut dan peci putih.
" Mas Ilham? " batin Silfiyah senang.
Ilham segera memulai kajian, dengan tema Mari perbaiki Akhlaq.
" Dados tiyang meniko kedah nggadahipun manah ingkang sae, kranten manah meniko dados sumber utamaipun sedanten petingkah, mulai cara berfikir, cara berbicara, cara bertindak, menawi manah sae maka sedantenipun tumut tumindak sae, mekaten ugi sebalikipun, manah boten sae maka sedanten tumindak tumut boten sae "
( " Menjadi seseorang itu harus memiliki hati yang baik, karena dari hati yang baik akan menjadi sumber utama segala tingkah, mulai cara berfikir, cara berbicara, cara bertindak, jika hati baik maka segala perilaku akan turut baik, begitu juga sebaliknya, jika hati tidak baik maka segala tingkah laku akan turut tidak baik ")
" Satu contoh ngeten, wonten tiyang ingkang nggadah manah boten sae, senenge su'udzon mawon dumateng tiyang lintu, lha kok kepanggeh kaliyan tiyang kok mandeng mawon, musti batin, wong iku nyaopo kok mulai mau mandeng - mandeng aku terus, pokok serba salah, lha tibane tiyang meniko wau boten gadha niat mandeng, nyuwun sewu, nanging ngapunten lha panci mripatipun kero "
( " Satu contoh seperti ini, ada orang yang memiliki hati yang tidak baik, sukanya su'udzon atau berprasangka buruk pada orang lain, lha kok berjumpa dengan orang yang sepertinya memandang terus kearahnya, hatinya mesti membatin, ini orang ada apa kok dari tadi melihatku terus, pokok serba salah, lha ternyata orang tersebut tidak ada niat untuk memandang demikian, maaf, lha memang dia matanya juling ")
Sontak para jama'ah pun tertawa mendengar ceramah Ustadz Ilham, begitu juga Silfiyah.
=====================================================================
" Jika hati seseorang tidak baik, jangankan menerima perlakuan tidak baik, mendapat perlakuan baik sekalipun akan selalu salah dihadapannya, tidak ada benarnya, maka dari itu mari kita sama-sama memohon kepada Allah agar hati kita ini senantiasa dibimbing untuk menjadi hati yang baik, Ya Muqollibal Qulubi Tsabbit Qolby 'ala diinika wa tho'atika "
🏵️🏵️🏵️🏵️
Usai jama'ah sholat Isya', Silfiyah kelimpungan mencari sandalnya yang tiba-tiba hilang tak lagi ada ditempatnya.
Gadis itu pun mondar mandir, matanya tertuju pada terasa masjid, ia pun terus berjalan mengitari masjid, ka kanan ke kiri, depan belakang, sandalnya benar-benar telah raib
" Duuuh Ya Allah, apes banget sih, udah dapet ceramah, masih juga niat nyolong sandal " gerutu Silfiyah.
" Ada apa Dik? " tanya Ilham mengejutkannya.
" Eh... e... Ustadz " jawab Silfiyah salah tingkah.
Ilham mengedarkan pandangan, ia tahu pasti ada yang tidak beres dengan gadis tersebut.
" Sandalnya hilang ya? " tebak Ilham
" Inggih Ustadz " jawab Silfiyah sambil nyengir
" Oh kalau gitu pakai sandal saya saja dulu ya?
" Boten boten usah Ustadz biar saya pulang nyeker saja, pamit riyen Assalamu'alaikum " tolak Silfiyah halus
Silfiyah segera turun dari teras masjid, ia hendak melangkah pergi
" Jangan Dik! " cegah Ilham
Laki-laki itu segera menyusul langkah Silfiyah gadis yang ditaksirnya
" Jangan nyeker Dik, nanti kaki sampean lecet, sudah pakai saja, nggak apa-apa "
Ilham meletakkan sandal japitnya tepat dihadapan Silfiyah
" Tapi... Ustadz "
" Udah nggak usah bantah, pakai aja " pinta Ilham
Silfiyah menyerah, ia pun menuruti kemauan Ilham, hatinya tengah berbunga-bunga.
Silfiyah melangkah menuju rumah mengenakan sandal japit berwarna putih milik Ilham
Seketika Silfiyah merasa jalanan aspal berubah diselimuti karpet merah dan bunga-bunga berterbangan dimana-mana, hatinya berdebar-debar bahagia.
Cahaya rembulan bersinar begitu terang ditemani kerlap-kerlip bintang yang bertebaran menghiasi pekatnya awan.
Bak seorang putri raja yang tengah berjalan diikuti langkah seorang pangeran, senyum merekah terus tersungging dibibir Silfiyah.
Sepanjang perjalanan mereka berdua hanya diam, Ilham berjalan dibelakang Silfiyah.
Tak lama kemudian Silfiyah telah sampai didepan rumahnya, sebuah rumah kecil yang beberapa cat temboknya terlihat mengelupas.
" Ini rumah Dik Silfi? " tanya Ilham
" Iya Ustadz, mari silahkan masuk dulu " ajak Silfiyah.
" Terima kasih Dik, insya' Allah lain waktu ya, saya masih ada acara lagi " jawab Ilham.
Silfiyah tersenyum mengangguk.
" Kalau begitu saya masuk rumah dulu Ustadz " pamit Silfiyah.
" Iya silahkan Dik "
" Assalamu'alaikum "
" Wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh "
Silfiyah tak mampu lagi menahan debaran jantungnya, ia segera berbalik membelakangi Ilham, dan ingin cepat-cepat masuk rumah, namun hatinya berharap Ilham akan kembali memanggilnya bak adegan-adegan dalam sinetron, benar saja Ilham kembali memanggilnya menghentikan langkahnya
" Dik " panggil Ilham.
Jantung Silfiyah kian berdetak cepat, tangan kirinya telah menyentuh gagang pintu rumah, ia pun memutar kepala sedikit menoleh ke arah pemuda tampan yang berdiri tak jauh darinya
" Iya Ustadz " jawab Silfiyah pelan.
Kedua bola mata mereka bertemu.
" Maaf Dik sandalnya " ucap Ilham seraya tersenyum.
Silfiyah terpanjat seketika, ia masih mengenakan sandal japit milik Ilham yang dipinjamkan kepadanya, seketika wajahnya merah padam bak udang rebus, malu.
" Hihihi... Iya Ustadz, maaf lupa " ucap Silfiyah tersipu
Gadis itu segera melepas sandal berwarna putih yang dipakainya lalu meletakkannya didepan teras rumah.
Ilham tersenyum kemudian mengambil sandal tersebut lalu memakainya.
" Terima kasih Ustadz " ucap Silfiyah.
" Sama-sama Dik, Assalamu'alaikum "
" Wa'alaikumsalam "
Ilham segera pergi meninggalkan Silfiyah yang masih berdiri mematung didepan rumahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar