Silfiyah berjalan menyusuri trotoar hendak kembali ke toko usai menjalankan perintah majikannya membeli beberapa bungkus nasi pecel.
Panasnya sinar mentari menyengat kulit putihnya, tangan kanan Silfiyah menenteng tas plastik besar berwarna hitam, sedang tangan kirinya memegang map hijau untuk menutupi kepalanya dari sengatan sinar mentari yang tengah bertahta ditengah awan.
Silfiyah segera mempercepat langkahnya agar segera sampai di toko parfum dan kitab tempat ia bekerja.
Suasana toko sedang ramai, setiap hari Jum'at kaum pemuda dari kalangan arab-arab banyak mememuhi toko-toko Parfum dan Kitab di Kota Santri, Bangil.
Bak serasa berada di Surga dunia, pemuda-pemuda tampan akan banyak bermunculan memenuhi jalan, toko-toko khususnya toko kitab dan parfum, dengan memakai pakaian yang rapi, jubah, peci, ada pula yang mengenakan sarung dan baju koko.
Mereka berjalan bergerombolan dengan rekan-rekan mereka, wajah-wajah tampan dan kearab-araban memenuhi seluruh penjuru kota.
" Assalamu'alaikum, ! " sapa Silfiyah
" Wa'alaikumsalam," jawab Yek Usman
Silfiyah segera meletakkan bungkusan nasi tersebur di meja,
" Lama sekali Kau Silvyah? " tanya Yek Usman.
" Maaf Yek, warung lagi ramai, " jelas Silfiyah.
" Ya sudah cepat sini, lagi ramai ini " ujar Yek Usman
Dengan cepat Silfiyah segera melayani para pembeli yang didominasi kaum adam.
" Ya Mas lagi cari apa? " tanya Silfiyah pada salah seorang pemuda.
" Kitab Tafsir Jalalain ada Mbak? "
" Ada Mas, sebentar ya, " ucap Silfiyah
Gadis itu pun menunduk mencari kitab yang dimaksud di lemari dibelakang, ia pun meraih kitab berwarna hijau lumut kepada pemuda tersebut.
=====================================================================
" Yang ini ya? " tanya Silfiyah meyakinkan.
" Iya betul Mbak " jawab pemuda tersebut.
Tak berapa lama kemudian muncullah sosok laki-laki yang telah dinanti-nantinya sejak pagi, salah satu pelanggan setia di tokonya selama setahun terakhir, laki-laki yang mampu memikat hatinya karena sikap santunnya, dan gayung bersambut, laki-laki tersebut juga menyukai dirinya.
" Assalamu'alaikum Dik Silfy "
" Wa'alaikumsalam Ustadz " jawab Silfy tersipu.
" Apa kabar? "
" Alhamdulillah baik Ustadz "
" Seperti biasa ya, udah habis soalnya " ucap Ustadz Ilham
Silfy benar-benar hafal, tanpa menunggu kalimat selanjutnya Silfy segera meracik parfum aroma Kenzo yang menjadi favorit Ustadz Ilham,
Selesai meracik, Silfiyah segera menyerahkan sebotol kecil berukuran 20 gram parfum yang diminta Ustadz Ilham.
" Terima kasih ya Dik Silfy, " ucap Ilham.
" Sama-sama Ustadz. " jawab Silfiyah grogi.
" Silfiyah! " panggil Ummah Firda.
Ummah Firda adalah istri dari Yek Usman.
" Iya Ummah, "
" Tolong Kau antar kurma sama air zam-zam ini kerumah Ummah Khodijah, dibelakang pondok Salafiyah sekarang! " perintah Ummah Firda.
" Baik Ummah. " jawab Silfiyah.
" Umar! Umar! " seru Ummah Firda
Wanita bercadar tersebut segera memanggil putra sulungnya.
Tak lama kemudian muncullah pria bertubuh jangkung berkumis tipis menghampiri ibunya.
" Ya ada apa Ummah? "
" Sana Kau bantu-bantu Abimu, toko sedang rame "
" Lha Silfiyah kemana? " tanya Umar
" Silfiyah Ummah suruh antar kurma, udah sana! " perintah Ummah Firda.
Dengan malas Umar segera melaksanakn perintah Ummahnya.
🏵️🏵️🏵️
Silfiyah kembali mengitari trotoar, menyeberang jalan, mengantar pesanan Syarifah Khodijah.
Langkah Silfiyah terhenti saat melihat suasana pesantren Salafiyah yang berada di jalan mujair Kauman, tengah ramai.
Para Santri putri tengah asyik bercengkrama dengan keluarganya ditepi jalan, sebagian lagi berlalu lalang membawa kitan suci didada mereka.
Silfiyah menikmati pemandangan tersebut dengan penuh suka cita.
Ia bercita-cita ingin menjadi seorang santri, namun kandas, karena keadaan ekonomi kedua orang tuanya yang sangat minim, Bapaknya hanyalah pengangguran, sedang ibunya berjuang keras mencari nafkah dengan membuka usaha warung nasi pecel seadanya.
Sebab itu Silfiyah harus membantu menopang ekonomi keluarga, ia harus merelakan ijazah Madrasahnya kandas karena ketidak mampuan ekonomi keluarga.
Silfiyah menyeka air matanya, ia tersadar dari lamunannya saat panggilan Adzan terdengar nyaring dari toa masjid depan alun-alun kota.
Ia pun kembali mempercepat langkahnya menuju kediaman Syarifah Khodijah mengantar pesanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar