Tutik segera mendorong tubuh Hans yang hampir tertabrak mobil pick up, sekuat tenaga ia berlari menyelamatkan Hans, laki-laki yang selalu melindunginya.
Kini, penampilannya tak lagi compang camping, ia tampil cantik dengan pakaian yang semestinya.
Hans membawanya kesalah satu panti setelah makan siang kala itu, Tutik menjalani beberapa perawatan dan pengobatan, dan semua ditanggung oleh Hans sahabat kecilnya dulu.
"Uuh... An... An..." panggil Tutik
Ia terus menggoyang-goyangkan tubuh kekar Hans yang tak sadarkan diri.
Beberapa orang pria membantu mengangkat tubuh Hans dan membawanya pulang kerumah.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Pak Rustam menanti kedatangan menantunya dengan cemas, sejak siang tadi Hans belum pulang, Silfyah memang benar-benar keterlaluan.
Laki-laki yang telah beruban itu berjalan mondar-mandir, didepan rumah, tak lama ia terkejut saat melihat beberapa orang pria datang menuntun Hans yang masih mabuk.
"Ya Allah, Hans. apa yang terjadi?" tanya Pak Rustam panik.
"Tadi Hans hampir tertabrak mobil, ia sedang mabuk berat." jawab Pak Edi.
"Ya Allah.."
Pak Rustam segera membantu, membuka pintu rumah lebar-lebar, membawa Hans masuk kedalam rumah, lalu membaringkannya disofa.
"Buk, Nak Hans Buuk!" teriak Pak Rustam lantang.
Tergopoh-gopoh Bu Yati berlari mendekat dari arah dapur.
"Ya Allah, ada apa ini Pak?" tanya Bu Yati mulai histeris.
Beberapa orang pria tersebut segera mohon pamit, mereka rasa Hans sudah tak membutuhkan mereka lagi.
Hanya tinggal Tutik yang masih duduk dengan cemas melihat keadaan Hans.
"Tadi Hans hampir tertabrak mobil, Buk." jelas Pak Rustam.
"Ya Allah Pak."
Bu Yati mulai menangis, ia segera memeluk tubuh Hans yang terbaring lemah.
"Hans nggak apa-apa Ibu." ucap Hans lemah.
"Ini semua pasti gara-gara Silfy, maafkan putri Ibu ya Nak?" ucap Bu Yati, memohon.
Hans terdiam mengingat perlakuan Silfy terhadapnya, ia segera alihkan dengan melirik Tutik yang masih sangat mencemaskannya.
"Terima kasih ya Tik, karena kamu sudah menyelamatkanku." ucap Hans sembari tersenyum.
Silfy hanya mengintip dari balik pintu kamar bawah, ia tak berani mendekat, Silfy terpaku menatap penampilan Tutik, ia kini terlihat rapi, bersih dan cantik, tak lagi berpakaian compang-camping, kotor dan dekil seperti beberapa waktu yang lalu.
Bu Yati mengambilkan segelas air putih, dan sepiring nasi lengkap dengan sayur dan lauknya.
"Nak Hans, makan dulu ya, kamu pasti belum makan dari siang tadi." ujar Bu Yati lembut penuh perhatian.
Hans menitikkan air mata, sudah lama ia tak merasakan kasih sayang seorang ibu yang telah lama begitu ia rindukan.
Hans mengangguk tanda setuju, Bu Yati segera menyuapi menantu kesayangannya dengan penuh perhatian, sedang Tutik ia memijit-mijit pelan lengan Hans.
"Kamu belum makan juga kan Tik?" tanya Hans.
Dengan cepat Tutik menggeleng, ia masih merasa kenyang setelah makan dipanti sore tadi.
"Ini siapa Nak?" tanya Bu Yati heran menatap Tutik.
"Oh iya, kenalkan ini Tutik, sahabat Hans dari kecil." jawab Hans sembari melirik Tutik.
Mendengar jawaban Hans yang menganggap dirinya sebagai sahabat, Hati Tutik merasa sangat bahagia.
"Nak Hans...." panggil Pak Rustam.
"Iya, ada apa Pak?" tanya Hans.
"Bapak benar-benar meminta maaf atas sikap Silfy yang begitu kurang ajar siang tadi." ucap Pak Rustam pelan penuh rasa sesal, ia merasa gagal mendidik Silfy.
Hans terdiam, Ia menolak suapan Bu Yati, rasa laparnya hilang seketika.
"Tik, selama beberapa hari kedepan kamu tinggal disini dulu ya, Aku butuh teman, nanti biar Aku telfon Bu Yuli." tutur Hans kemudian.
Tutik mengangguk senang, Hans tersenyum riang, ia tak ingin Silfy melihat kerapuhannya.
"Ayo Tik, ikut aku, biar ku tunjukkan dimana kamarmu." tutur Hans
Ia segera menarik tangan Gadis bisu itu lalu menuntunnya menuju lantai atas.
Bu Yati menatap Silfy dengan kesal.
"Ini semua gara-gara kamu, lihat, Hans sampai berani membawa wanita lain dan memintanya tinggal dirumah ini." ujar Bu Yati menahan marah.
Silfy terdiam, ada rasa senang dihatinya, kehadiran Tutik membuatnya bebas, ia tak perlu lagi mengurus Hans.
"Ingat, jika sampai terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan antara Hans dan wanita itu, Kaulah orang yang paling bertanggung jawab." ujar Bu Yati sembari berlalu pergi.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
=====================================================================
Semalaman Silfy tak dapat memejamkan mata, gelak suara canda tawa antara Hans dan Tutik dari kamar sebelah yang berada tepat didepan kamarnya, terdengar gaduh mengganggu.
Hans mengulang cerita dimasa kecil dulu, saat mereka asyik berlarian ditengah sawah, hingga membuat Tutik jatuh terjerembab diatas kubangan lumpur, wajah manisnya dipenuhi lumpur.
"Oh ya, ini sudah larut malam Tik, tidurlah." pinta Hans.
Tutik mengangguk menyetujui ucapan Sahabat kecilnya.Hans segera keluar dari kamar Tutik.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Hans segera masuk kedalam kamarnya sendiri, ia melihat Silfy yang tengah baring diatas tempat tidur.
Tanpa permisi Hans rebahkan tubuhnya disamping wanita yang telah halal untuknya, Silfy terperanjat, ia segera bangkit, namun dengan sigap Hans menarik lengannya.
"Lepaskan Aku!" teriak Silfy.
Hans kembali duduk, ia tak melepaskan cengkramannya, ia menyandarkan tubuh gadis didepannya dikepala ranjang, kedua tangannya mencengkram erat kedua tangan Silfyah, mengunci tubuhnya dengan kuat, Hans menatapanya tajam.
"Cukup Silfy, kau sudah membuat kesabaranku benar-benar habis, selama ini Aku diam, tapi, sekarang, Aku tak akan melepasmu lagi." ucap Hans.
"Kau sudah mempermalukan Aku didepan semua orang termasuk didepan kekasihku, Aku akan memberimu hukuman." tukas Hans geram
Silfyah mulai ketakutan, entah apa yang akan Hans lakukan terhadap dirinya.
"Kamu adalah istriku, dan aku berhak atas dirimu, sampai kapanpun Aku tak akan melepaskanmu, dan apa yang kau lakukan tadi benar-benar keterlaluan."
"Mulai detik ini, Kau harus lakukan semua kewajibanmu melayaniku, menyiapkan semua yang keperluanku." tegas Hans.
"Aku tak sudi dan tak akan pernah melakukannya." tolak Silfy .
"Baik, jika kau menolak, tak apa, tapi kau harus mengganti semua rasa maluku tadi dengan denda sebesar 1 milyar, karena kau telah menecemarkan nama baikku didepan semua orang, kau juga harus mengunpulkan mereka semua dan meminta maaf." ucap Hans geram.
"Apa kau sudah gila? Aku sama sekali tak mengenal mereka, bahkan aku juga tak tahu siapa mereka!" sahut Silfy ketus.
"Kau tak sanggup bukan, jadi lakukan saja apa yang ku pinta." paksa Hans.
Silfy terdiam, ia tak punya pilihan lain, ia benar-benar tak berdaya.
"Malam ini, tetap tidur disini, disampingku, jika kau mencoba pergi, aku akan menyiksamu." ancam Hans.
Silfyah pasrah, perlahan, Hans melepas cengkramannya.
"Aku tahu Fy, sebenarnya kau tak bermaksud menyakitiku tadi, apa yang kau lakukan tadi hanyalah sekedar ungkapan kekecewaan dan rasa sakit hatimu pada Ilham kekasihmu, karena kau menduga dia telah melupakan cintamu." batin Hans.
Hans kembali membaringkan tubuhnya disamping Silfy yang masih duduk mematung, ia pun tidur dengan posisi membelakangi wanitanya.
"Maafkan Aku Fy, Aku terpaksa memaksamu, sungguh kata-katamu tadi telah menyadarkanku akan hakikat hidup, ku harap kau mau membantuku untuk kembali meniti jalan yang benar." batin Hans.
Laki-laki itu segera memejamkan mata, sementara Silfy masih terdiam, fikirannya menerawang tak menentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar