Hans membantu mertuanya menata karpet, sore hari, dirumahnya hendak digelar acara pengajian, sedang Silfyah sibuk membantu Bu Yati memasak didapur, gadis berlesung pipit itu tengah memotong bumbu-bumbu dapur.
Hans melangkah menuju dapur, mengambil softdrink yang disimpannya didalam lemari es, ia menatap Silfyah yang mulai kelabakan, matanya terasa panas dan pedih, air matanya mulai berderaian akibat dari getah bawang merah yang menguar, menusuk hidung dan mata.
Silfiyah tak tahan, ia hendak menyeka matanya dengan tangannya, Hans segera mendekat, mencegahnya.
"Silfy, jangan!" cegah Hans.
Ia segera menarik tangan gadis yang telah sah menjadi tulang rusuknya.
"Jangan usap matamu, yang ada nanti semakin panas." ucap Hans.
Laki-laki itu segera duduk dihadapan istrinya, kemudian perlahan meniup mata Silfyah.
"Gimana? Agak enakan belum?" tanya Hans memastikan.
Silfyah tak menjawab, ia segera beranjak pergi meninggalkan Hans, laki-laki itu pun menatap pasrah, ia tahu Silfyah begitu membencinya, Hans beranjak pergi dari rumah tersebut.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Hans menemui kawan-kawannya, geng 49.
"Hai Boss!" sapa Rudi salah seorang kawan karibnya.
"Hai juga." sahut Hans datar.
Ia segera menghempaskan tubuhnya pada kursi kayu dengan malas.
"Ada apa Bos? Kok kusut gitu wajahnya?" tanya Rudi.
"Kali aja si Boss nggak dapat jatah semalam," celetuk Edwin
Mendengar kata-kata tersebut, tak pelak, beberapa anggota geng menertawakan Hans, menganggap serius candaan Edwin.
Hans hanya terdiam, ia segera mengeluarkan dompetnya, menatap foto seorang gadis berjilbab putih yang tak lain adalah Fitri.
Fikirannya menerawang tak jelas, mengingat Fitri kekasih hati, ia meminta Ilham untuk membantunya, menyadarkan kekasih hatinya, agar mau meninggalkan kehidupan malam.
Jika Ilham berhasil, Hans berjanji akan melepaskan Silfyah, menceraikannya, dan menyatukannya dengan Ilham.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
=====================================================================
Tengah malam, Hans mengetuk pintu rumah dengan kasar, Silfyah segera membukanya, ia terkejut saat mendapati Hans pulang dalam keadaan mabuk berat lagi,
Gadis itu kembali ketakutan, ia takut peristiwa kala itu terulang kembali, terlebih saat melihat Hans menatapnya dengan tajam, matanya begitu merah, namun Hans terus berjalan tak memperdulikannya, laki-laki itu berjalan sempoyongan menuju kamarnya,
Hans merebahkan tubuhnya diatas kasur, tak lama kemudian ia telah terlelap, Silfy memasuki kamarnya dengan kesal, ia menatap laki-laki yang tengah tidur itu dengan perasaan benci yang tak tertahankan.
Gadis itu mendekat, hendak mengambil bantal, ia berniat untuk diluar kamar, sungguh ia tak sudi jika berada dalam satu kamar dengan Hans.
Silfy menutup hidungnya, aroma alkohol tercium begitu menyengat dari mulut laki-laki yang mulai mendengkur halus.
Gadis itu segera mengambil bantal yang berada tak jauh dari sisi Hans, ia menatap laki-laki terebut dengan penuh benci, terlebih saat melihat penampilan Hans yang hanya mengenakan kaos tanpa lengan dan celana jeans yang berlubang dibagian lutut.
Tiba-tiba bayangan wajah Ilham kembali membuat Silfyah merasa rindu, kekasih hatinya itu selalu tampil rapi dan santun, sungguh jauh berbanding terbalik dengan Hans yang menjadi suaminya kini.
Air mata Silfy kembali berderaian, menangisi nasib yang ia rasa begitu pahit, kandas semua mimpi indah yang hendak diwujudkannya bersama Ilham, membina mahligai pernikahan yang penuh kebahagiaan, canda tawa, penuh cinta, dan juga penuh dengan ilmu yang menambah ketaqwaan serta keimanan.
Disisi lain ia juga merasa hidupnya telah hancur, terlebih kesuciannya telah direnggut dalam keadaan yang begitu menyedihkan.
Silfy tak kuasa menahan tangis, rasa bencinya pada Hans kian hari kian bertumbuh, baginya tak ada sedikitpun kebaikan dalam diri Hans.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Hans berjalan diantara bukit-bukit gersang, kering kerontang, dan begitu panas, cahaya matahari begitu menyengat.
Ia berjalan tertatih-tatih menginjak bumi yang pecah-pecah karena kekeringan, tak jauh dari hadapannya, Hans melihat Ayah Ibunya yang tengah duduk bersimpuh, sedang tangan dan kaki diikat oleh rantai besar nan begitu kuat.
Hans berteriak, "Ayah! Ibu!" panggilnya.
Hans berusaha mendekat, namun semakin ia berlari bayangan Ayah Ibunya kian menjauh, bagai fatamorgana yang begitu susah ia gapai.
"Hans, tolong Ayah dan Ibu, Nak?" suara Pak Sugiono terdengar menggema.
"Tolong Ibu Nak, Ibu kepanasan disini Nak?" ucap Bu Nanik
Suara itu terdengar menggema bersahut-sahutan, hingga membuat telinganya sakit, Hans tak kuasa menahan tangis.
"Ayaaaaah! Ibuuuuuu!" teriak Hans lantang.
Ia putus asa, semakin ia mendekat, Ayah Ibunya kian menjauh.
Hans terjaga dari mimpi buruknya, " Ayah, Ibu!" ucapnya.
Nafas Hans memburu, bulir-bulir keringat sebesar biji jagung membasahi tubuh dan wajahnya, ia mulai ketakutan.
Hans mengusap wajahnya, ia menangis, merindukan kehadiran Ayah Ibunya.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Hans melangkah menuju dapur, mengambil softdrink yang disimpannya didalam lemari es, ia menatap Silfyah yang mulai kelabakan, matanya terasa panas dan pedih, air matanya mulai berderaian akibat dari getah bawang merah yang menguar, menusuk hidung dan mata.
Silfiyah tak tahan, ia hendak menyeka matanya dengan tangannya, Hans segera mendekat, mencegahnya.
"Silfy, jangan!" cegah Hans.
Ia segera menarik tangan gadis yang telah sah menjadi tulang rusuknya.
"Jangan usap matamu, yang ada nanti semakin panas." ucap Hans.
Laki-laki itu segera duduk dihadapan istrinya, kemudian perlahan meniup mata Silfyah.
"Gimana? Agak enakan belum?" tanya Hans memastikan.
Silfyah tak menjawab, ia segera beranjak pergi meninggalkan Hans, laki-laki itu pun menatap pasrah, ia tahu Silfyah begitu membencinya, Hans beranjak pergi dari rumah tersebut.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Hans menemui kawan-kawannya, geng 49.
"Hai Boss!" sapa Rudi salah seorang kawan karibnya.
"Hai juga." sahut Hans datar.
Ia segera menghempaskan tubuhnya pada kursi kayu dengan malas.
"Ada apa Bos? Kok kusut gitu wajahnya?" tanya Rudi.
"Kali aja si Boss nggak dapat jatah semalam," celetuk Edwin
Mendengar kata-kata tersebut, tak pelak, beberapa anggota geng menertawakan Hans, menganggap serius candaan Edwin.
Hans hanya terdiam, ia segera mengeluarkan dompetnya, menatap foto seorang gadis berjilbab putih yang tak lain adalah Fitri.
Fikirannya menerawang tak jelas, mengingat Fitri kekasih hati, ia meminta Ilham untuk membantunya, menyadarkan kekasih hatinya, agar mau meninggalkan kehidupan malam.
Jika Ilham berhasil, Hans berjanji akan melepaskan Silfyah, menceraikannya, dan menyatukannya dengan Ilham.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
=====================================================================
Djova's Computer
Melayani jasa servis komputer, laptop, printer dll
081122330543
Djova's CCTV
Melayani jasa pasang CCTV, Jual, servis CCTV
081122330543Djova's Parabola Mini
Melayani jasa pemasangan, pindahan, servis dan penjulan Parabola
081122330543Djova's Pizza n Cake
Melayani penjualan Pizza, Brownies, Bolu Ultah dll
081122330543
Djova's Fashion
Melayani penjualan Gamis, jubah, mukena, kaos, krudung dll
081122330543
Tengah malam, Hans mengetuk pintu rumah dengan kasar, Silfyah segera membukanya, ia terkejut saat mendapati Hans pulang dalam keadaan mabuk berat lagi,
Gadis itu kembali ketakutan, ia takut peristiwa kala itu terulang kembali, terlebih saat melihat Hans menatapnya dengan tajam, matanya begitu merah, namun Hans terus berjalan tak memperdulikannya, laki-laki itu berjalan sempoyongan menuju kamarnya,
Hans merebahkan tubuhnya diatas kasur, tak lama kemudian ia telah terlelap, Silfy memasuki kamarnya dengan kesal, ia menatap laki-laki yang tengah tidur itu dengan perasaan benci yang tak tertahankan.
Gadis itu mendekat, hendak mengambil bantal, ia berniat untuk diluar kamar, sungguh ia tak sudi jika berada dalam satu kamar dengan Hans.
Silfy menutup hidungnya, aroma alkohol tercium begitu menyengat dari mulut laki-laki yang mulai mendengkur halus.
Gadis itu segera mengambil bantal yang berada tak jauh dari sisi Hans, ia menatap laki-laki terebut dengan penuh benci, terlebih saat melihat penampilan Hans yang hanya mengenakan kaos tanpa lengan dan celana jeans yang berlubang dibagian lutut.
Tiba-tiba bayangan wajah Ilham kembali membuat Silfyah merasa rindu, kekasih hatinya itu selalu tampil rapi dan santun, sungguh jauh berbanding terbalik dengan Hans yang menjadi suaminya kini.
Air mata Silfy kembali berderaian, menangisi nasib yang ia rasa begitu pahit, kandas semua mimpi indah yang hendak diwujudkannya bersama Ilham, membina mahligai pernikahan yang penuh kebahagiaan, canda tawa, penuh cinta, dan juga penuh dengan ilmu yang menambah ketaqwaan serta keimanan.
Disisi lain ia juga merasa hidupnya telah hancur, terlebih kesuciannya telah direnggut dalam keadaan yang begitu menyedihkan.
Silfy tak kuasa menahan tangis, rasa bencinya pada Hans kian hari kian bertumbuh, baginya tak ada sedikitpun kebaikan dalam diri Hans.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Hans berjalan diantara bukit-bukit gersang, kering kerontang, dan begitu panas, cahaya matahari begitu menyengat.
Ia berjalan tertatih-tatih menginjak bumi yang pecah-pecah karena kekeringan, tak jauh dari hadapannya, Hans melihat Ayah Ibunya yang tengah duduk bersimpuh, sedang tangan dan kaki diikat oleh rantai besar nan begitu kuat.
Hans berteriak, "Ayah! Ibu!" panggilnya.
Hans berusaha mendekat, namun semakin ia berlari bayangan Ayah Ibunya kian menjauh, bagai fatamorgana yang begitu susah ia gapai.
"Hans, tolong Ayah dan Ibu, Nak?" suara Pak Sugiono terdengar menggema.
"Tolong Ibu Nak, Ibu kepanasan disini Nak?" ucap Bu Nanik
Suara itu terdengar menggema bersahut-sahutan, hingga membuat telinganya sakit, Hans tak kuasa menahan tangis.
"Ayaaaaah! Ibuuuuuu!" teriak Hans lantang.
Ia putus asa, semakin ia mendekat, Ayah Ibunya kian menjauh.
Hans terjaga dari mimpi buruknya, " Ayah, Ibu!" ucapnya.
Nafas Hans memburu, bulir-bulir keringat sebesar biji jagung membasahi tubuh dan wajahnya, ia mulai ketakutan.
Hans mengusap wajahnya, ia menangis, merindukan kehadiran Ayah Ibunya.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Tidak ada komentar:
Posting Komentar