Silfy menatap kesal, laki-laki yang meringkuk disofa, tidur dengan begitu nyenyaknya, padahal adzan ashar tengah berkumandang, laki-laki itu benar-benar melalaikan perintah Allah, meninggalkan semua kewajibannya, islam hanya tertulis sebagai pelengkap di KTP.
Silfy segera masuk kedalam kamar, berwudhu', dan melaksanakan kewajibannya, selesai menunaikan empat rokaat, Silfyah melanjutkan dzikirnya.
Hans kasuk kedalam kamar, ia melihat wanita yang tengah khusyuk dalam berdoa.
"Wah rajin sholat kamu ya?" ucap Hans seketika.
Silfyah mengusap wajahnya, ia tak menanggapi kata-kata suaminya.
"Sholat rajin tapi nggak kaya-kaya." celetuk Hans.
"Apa kamu pikir sholat itu semacam pesugihan?" tanya Silfy menahan amarah.
Hans tertawa, "Hahahah, terus hikmahnya apa?"
Silfy menatap Hans dengan tajam.
"Kamu adalah manusia yang tak tahu malu, gemar menikmati semua karunia-Nya, tapi tak mau menjalankan perintah-Nya." ucap Silfy geram.
"Oh ya? Karunia yang mana?" pancing Hans sengaja ingin menguji Silfy
Bagi Hans ini adalah kesempatan untuk membuat gadis dihadapannya jadi banyak berbicara padanya, setelah sekian lama diam membisu.
"Coba lihat dirimu! Mata, telinga, hidung, tangan, dan kaki, serta nafas yang kau hirup, itu semua milik-Nya, dari-Nya, kau nikmati dengan gratis, apa itu bukan karunia?" tanya Silfy kesal.
"Berarti Aku sempurna kan?" goda Hans.
"Secara fisik kamu memang sempurna, tapi..."
"Cukup, thanks karena itu artinya kau mulai mengakuiku sebagai laki-laki sempurna, Akus suka." rayu Hans.
Silfy segera membuang muka, ia baru sadar Hans sengaja memancingnya.
Hans tersenyum puas, ia pun segera berlalu menuju kamar mandi membersihkan diri.
Silfyah segera mengambil mushaf pemberian Ilham, ia mulai mengaji, melanjutkan khatamannya.
Lima belas menit berlalu, Hans segera keluar dari kamar mandi, ia hanya mengenakan handuk saja, bulir-bulir air masih berjatuhan membasahi rambut, wajah, dan dadanya yang dibiarkan terbuka.
Hans melangkah menuju lemari pakaian, Silfy memegang erat mushaf yang dipegannya, ia kembali merasa takut, mengetahui Hans bertelanjang dada hanya mengenakan handuk saja, tubuhnya gemetaran, khawatir peristiwa malam itu kembali terulang.
Wanita itu melirik laki-laki yang tengah sibuk memilih pakaiannya, matanya membulat sempurna saat melihat punggung Hans yang putih dan bersih, tak ada lagi gambar Naga disana.
"Kemana tato yang selama ini melekat dipunggungnya, apa itu?" batin Silfy bertanya-tanya.
Menyadari dirinya tengah diperhatikan, Hans sengaja memancing Silfy.
"Kalau suka nggak usah lihat-lihat begitu, tutup saja mushaf itu, lalu kemarilah!" goda Hans.
Silfy segera membuang muka, ia benar-benar kesal mendengar pernyataan Hans, ia pun segera melanjutkan bacaannya.
Hans tersenyum, ia segera mengenakan celana jeans, sembari memakai sabuk, telinganya sibuk menyimak bacaan istrinya.
=====================================================================
Hans mengenakan kaos t-shirt lengan pendek berwarna kuning, ia mulai menyisir rambutnya yang basah, telinganya mulai menelisik, ada kesalahan pada bacaan Silfy.
"Fy, kamu belajar nagji dimana?" tanya Hans kemudian.
Gadis itu terkejut mendengar pertanyaan Hans.
"Bacaan kamu tadi salah Fy, coba kamu ulang!" perintah Hans.
Silfy menatap kembali barisan ayat-ayat surat Al-Qiyamah didepannya, ia kemudian membaca ulang, Hans kembali menegurnya.
"Salah Fy, ayat Waqila man roqin, itu bacaan Saktah namanya, jangan disambung begitu, itu bukan bacaan Idghom bi la ghunnah, itu Saktah, ketika membacanya, itu berhenti tanpa bernafas sejenak, selama tiga hitungan jari, seperti ini, Wa qila man ...roqin." tutur Hans menjelaskan.
Silfyah tertegun, laki-laki dihadapannya mendekat, kemudian duduk disampingnya, kemudian meletakkan jari telunjuknya pada ayat-ayat yang berada dimushaf yang dipegang olehnya.
"Coba kamu lihat ini?! Ini ada tanda Sin, ini artinya Saktah, sebagai petunjuk kalau ayat ini dibaca Saktah, dalam Alqur'an bacaan ini ada di empat surat, pertama surat Al-Kahfi, kedua Surat Yasin, ketiga Surat Al-Qiyamah, keempat Surat Al Muthoffifin, Saktah itu artinya, berhenti atau diam." jelas Hans panjang lebar.
Silfyah kian tertegun, ia menatap Hans tak percaya, Hans balik menatapnya, mereka saling memandang satu sama lain.
"Ya Tuhan, cantik sekali kamu Fy." batin Hans.
Ia terus menatap wajah cantik gadis disampingnya.
Menyadari kekeliruannya Silfy segera berpaling membuang muka, tiba-tiba ia merasa berdebar-debar didekat Hans.
"Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa tanyakan pada pacarmu, si Ilham." tutur Hans kemudian.
Laki-laki itu segera bangkit dan melangkah pergi meninggalkan Silfyah sendiri.
"Apa aku tak salah dengar barusan? Bagaimana bisa ia menjelaskan begitu banyak hal padaku, sementara ia sendiri selama ini tak pernah ku lihat ia sholat, apalagi mengaji, Siapakah Bang Hans ini sebenarnya?" ucap Silfy penuh tanda tanya.
🌷🌷🌷🌷🌷
Hans sengaja menunggu seseorang, ia duduk santai diatas motornya, sampai semua orang yang berada didalam masjid satu persatu keluar, pulang kembali kerumah, tinggallah seseorang yang sengaja dinantinya, hingga pria berwajah manis itu keluar dari dalam masjid.
"Ilham, bisa kita bicara?" tanya Hans
"Ada apa lagi?" tanya Ilham.
"Bisa kau ikut Aku? Ada beberapa hal penting yang ingin ku bicarakan denganmu." tegas Hans.
Ilham mengangguk pasrah, ia pun mengikuti ajakan Hans, menaiki motor ninja merah milik Hans.
Mereka berdua berboncengan menuju sebuah tempat yang jauh dari keramaian.
🌷🌷🌷🌷🌷
Tidak ada komentar:
Posting Komentar