Suamiku Arman seorang laki-laki ganteng setidaknya menurut penilaianku hahah.
Tiap hari aku kepasar membeli bahan-bahan untukku racik bumbunya sebelum dijual malamnya.
Menu daganganpun macam-macam, ada ayam goreng, ayam geprek, udang goreng pedas, udang goreng tepung, cumi goreng ,cumi asam manis, bebek goreng ,bebek bakar, ayam bakar ,es teler , es teh manis ,es kopi juga kopi hitam.
Semua menu aku yang racik dan Kang Arman hanya menggoreng dan membakarnya sesuai pesanan orang.
Anakku empat, semua masih kecil. Yang paling tua Hesti umur sepuluh tahun tapi sudah bisa menolong aku setidaknya mencuci perkakas setelah semua bumbu sudah ku racik.
Anak kedua dan ketiga Ana dan Ani sikembar usia 7 tahun.
Dan yang bungsu Ridho, anak laki-laki sendiri yang usia empat tahun.
Kebayang gak betapa repotnya aku mengurus anak-anak itu, untung ada Ibu mertuaku yang mau menjaga anakku Ridho kalau aku lagi sibuk. Dan suamiku kang Arman tidur karna dia yang akan menjaga dagangan sampai jam dua malam dan sampai dirumah hampir jam tiga subuh.
Kehidupan kami cukup kalau sekedar untuk makan dan bayar kontrak rumah dan kontrak lapak , yang pasti kami tidak kekurangan makan dan pakaian, itupun kami syukuri, dizaman sulit begini semua orang susah walau untuk mencari recehan.
Suatu malam, hujan gerimis dari sebuah mobil seorang wanita umur sekitar empat puluhan keluar menuju kelapak kami, wajahnya cantik , putih bersih senyumnya sangat manis,tutur katanya lembut, baunya sangat wangi aku tahu pasti Farfum mahal.
Dia mendekat kelapak kami dan aku menyapanya ramah,
"Mau beli apa bun."kataku menyapa ramah.
"Boleh lihat menunya mbak." katanya lembut.
"Ini bun" aku menyerahkan daftar menu.
Dia mengambil daftar menu dan mulai membacanya,
"Boleh minta kertas dan pena mbak," rupanya dia mau pesan banyak.
Aku tersenyum memberikan kertas dan penah untuk dia menulis menu.
Kemudian dia mulai menulis pesanannya, setelah selesai dia menyerahkannya padaku.
Aku membaca pesanannya ,Alhamdulillah batinku berkata, pesanannya banyak juga,
Tiga porsi udang goreng pedas.
Empat porsi ayam kampung goreng.
Empat porsi bebek bakar
Lima porsi ayam geprek.
Waaw...aku membawa pesanannya ke kang Arman yang sedang mempersiapkan peralatan.
Dan kang Arman tersenyum riang melihat pesanan ibu itu,
"Itu udang goreng pedasnya yang super pedas atau yang biasa saja Bun", suamiku bertanya sambil menyiapkan pesanan.
"Yang sedang saja mas,"katanya.
Dia melihat kang Arman yang mulai mempersiapkan pesanannya.
Kulihat dia memperhatikan kang Arman yang lagi masak, kontan kang Arman jadi salah tingkah diperhatikan kerjanya.
"Banyak amat bun,untuk siapa." kataku untuk memecah kesunyian
"Untuk anak-anak dan temannya nginap dirumah mbak."
"Oh ya, semoga suka ya bun dan jadi langganan". kataku.
"Klau enak dan cocok besok saya kesini lagi mbak." katanya lembut.
Setelah pesanannya selesai aku menyerahkan pesanannya
Tiga porsi udang goreng pedas x 40 k =120
Empat porsi ayam kampung goreng x 35 k = 140
Empat porsi bebek bakar x 40 = 160
Lima porsi ayam geprek x 20 k = 100
Jadi semua 520 ribu.
Dia membayar semua pesanannya, dan permisi pulang.
"Duh akang jadi grogi kerja tadi ya diliatin ibu- ibu itu." aku menggoda suamiku.
"Hehe..iya dek, abis ibu itu cantik dan wangi hihi." suamiku ketawa senang.
"Untung ibu-ibu klau anak gadis tadi akang sudah aku jewer," kataku bercanda.
Suamiku mesem-mesem ketawa.
Malam besoknya dan seterusnya hampir tiap malam dia ke lapak kami, dan yang paling gembira akan kedatangan ibu itu adalah suamiku.
Sampai suatu malam ,ketika dia sedang menunggu pesanannya yang lagi dikerjain kang Arman, dia bertanya dengan sopan.
"Maaf ya mbak, selain dagang suaminya kerja apa ya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar