Tengah malam, Hans berjalan terhuyung menuju rumah, ia segera masuk kedalam kamar, ia menatap tajam tubuh wanita yang meringkuk baring diatas kasur, ia menatap Silfy dengan seringai senyum nakal.
Laki-laki itu mendekat, menatap tubuh gadis yang terbalut gamis motif bunga-bunga, kepalanya masih tertutup hijab, aroma melati mengusik gairahnya.
Bayang-bayang wajah mantan kekasih memenuhi benaknya, pemandangan kelam itu tampak memenuhi ingatannya, bagai gerak slow motion peristiwa pilu itu memenuhi benaknya saat preman-preman bringas merenggut kesucian kekasihnya, bayang-bayang wajah mantan kekasih yang tengah bercumbu dengan para lelaki hidung belang memantik nafsunya.
Hans melepas jaket kulitnya lalu melemparnya sembarangan, ia kemudian melepas kaos hitam yang dikenakannya, air matanya berderai, nafasnya memburu.
Menyadari kehadiran Hans, Silfy segera bangkit dan menarik selimut tebal menutupi sekujur tubuhnya, jantungnya serasa berhenti berdetak, ia kembali ketakutan, badannya kembali gemetar tak karuan.
Hans menatap tajam, ia tak lagi perduli akan tangis Silfiyah yang kembali terdengar, segera ia menarik selimut tebal itu dengan kasar.
Silfy meringkuk diatas ranjang, Hans kian mendekat, menarik kasar hijabnya.
"Kak Hans, Silfy mohon jangan lakukan ini." ucapnya dengan tergagap.
Dibawah pengaruh minuman keras, Hans tak lagi sadar akan apa yang hendak dilakukannya, ia mendekat lalu tangannya menarik dengan kasar hijab yang menutupi rambut hitam Silfiyah.
Gadis itu kian terisak, sekuat tenaga ia mencoba mendorong tubuh Hans yang berjarak beberapa senti saja dari hadapannya, namun Hans meraih kedua tangannya dengan sigap, mencengkramnya dengan kuat, wajahnya kian mendekat, mengincar bibir tipis milik gadis yang masih berusia 19 tahun tersebut.
Silfy terus meronta, melawan dengan sisa tenaga yang ada, ia berusaha menendang tubuh lelaki dihadapannya, namun naas, Hans malah menindih kedua kakinya.
Silfy tak lagi berdaya, air matanya kian deras, pertahanannya rapuh, Hans telah merenggut semuanya darinya, hatinya kian perih, kandas sudah segala angan meniti kehidupan bersama Ilham,
"Maafkan Silfy Mas Ilham." batin Silfiyah.
💔💔💔💔💔💔
=====================================================================
Menjelang shubuh, Silfy berjalan gontai menuju kamar mandi, ia merasa jijik dengan dirinya sendiri, dibawah kucuran air shower tangisnya kian menjadi.
Ia bukan lagi Silfy kekasih Ilham, ia merasa hanyalah seonggok daging yang dikoyak dan dicabik-cabik dengan paksa oleh seekor anjing buas.
Mentari kembali bersinar cerah, cahayanya berpendar menyilaukan mata Hans, laki-laki itu terjaga, kepalanya terasa berat, efek minuman keras yang membuatnya mabuk semalam.
Hans bangkit dari tempat tidur, tangannya segera menyingkap selimut tebal yang menutupi tubuhnya, seketika ia terperanjat saat mendapati dirinya tak mengenakan apapun.
"Ya Tuhan, apa yang telah terjadi? Kenapa aku bisa telanjang begini?" gumamnya lirih.
Hans mencoba mengingat-ingat, namun kepalanya terasa pusing.
"Oh tidak, jangan-jangan semalam....." ia menocba menebak sendiri.
Hans menutup kedua wajahnya, ia merasa sangat menyesal.
Hans segera bangkit, ia gunakan selimut sebagai penutup tubuh, laki-laki itu berjalan gontai menuju lemari pakaian, mengambil celana pendek selutut lantas segera mengenakannya, ia segera masuk kedalam kamar mandi membersihkan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar